{getFeatured} $label={recent} $type={featured1}
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kata Mutiara Syeh Abdul Qodir Al Jailani

 Syaikh Abdul Qadir Jailani dikenal sebagai seorang ahli fikih yang sangat dihormati di kalangan Sunni. Beliau juga dikenal sebagai wali dalam tradisi tasawuf dan taraket. Ulama kelahiran Persia dan berasal dari suku Kurdi ini mendapat penghormatan yang luar biasa dalam banyak pengikut tarekat di muka bumi ini.


Nama lengkap Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani berikut nasab dari pihak ayah adalah Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abu Shahih Musa bin Janka Dawsat (Janki Doasti) bin Abdullah bin Yahya Az-Zahid binMuahammad bin Dawud bin Musa bin Abdullah binMusa Al-Juni bin Abdullah bin Al-Mahdi bin Hasan Al-Mutsanna bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra semoga redha Allah dicurahkan kepada mereka semua. Jadi, silsilah nasab Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani bersambung kepada Nabi Muhammad Rasulullah SAW dari puteri beliau yang bernama Sayyidah Fatimah Az-Zahra RA yang bernama Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA.


Adapun silsilah dari ibunya adalah Abdul Qadir bin fathimah binti Abdullah bin Abu Jamaluddin bin Thahir bin Abdullah bin Kamaludin Isa bin Muhammad Al-Jawad bin Ali Ar-Ridha bin Musa Al-Kadzim bin Ja’far As-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainul Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib semoga redha Allah dicurahkan kepada mereka semua. Sepanjang masa bayinya, dia tidak pernah makan selama bulan puasa.”


Berikut Kata Mutiara Islami Syeh Abdul Qodir Al Jailani Penyejuk Hati Terbaru 2018


NASIHAT SYEKH ABDUL QADIR AL-JAILANI TENTANG RIDHO


"Kalian harus senantiasa ridlo kepada Alloh Azza wa Jalla dalam keadaan senang maupun susah, dalam keadaan baik maupun buruk, sehat ataupun sakit, kaya maupun miskin, dan dalam keadaan sukses ataupun gagal.


Aku tidak melihat obat yang baik bagi kalian selain berserah diri kepada-Nya.


Jika Alloh menakdirkan sesuatu bagi kalian, janganlah takut.


Janganlah mengeluh kepada selain-Nya, sebab itu justru bisa menyebabkan bencana bagi kalian, Tenang dan diamlah!


Jika kalian ridha, Dia akan mengubah kesusahan kalian menjadi kebahagiaan!"


--Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani dalam Fath Ar-Rabbani


1. “Makhluk dan Khaliq tidak berkumpul. Dunia dan akhirat juga tidaklah berkumpul dalam satu hati. Ada kalanya makhluk dan ada kalanya Khaliq di hatimu. Ada kalanya dunia dan ada kalanya akhirat. Ada kalanya terbayang bahawa makhluk ada di lahirmu sedang Khaliq di hatimu. Dunia di tanganmu sedang akhirat di hatimu. Adapun di dalam hati, kedua-duanya tidak berkumpul. Lihatlah kepada jiwamu dan pilihkan untuknya, jika ia menghendaki dunia maka keluarlah akhirat dari hatimu. Jika ia menghendaki akhirat maka keluarkanlah dunia dari hatimu. Jika ia menghendaki Tuhan maka keluarkanlah dunia, akhirat dan apa yg selainNya dari hati.

Selagi di dalam hatimu masih ada sebesar semut yang selain Allah, maka kamu tidak melihat dekatnya Allah di sisimu, dan tidak bangkit kejinakan dan ketenangan kepada-Nya.

Selagi di dalam hatimu masih ada dunia sebesar semut kecil, maka kamu tidak melihat akhirat di hadapanmu. Dan selagi di dalam hatimu terdapat akhirat sebesar semut kecil, maka kamu tidak melihat dekat kepada Allah.”


2. “Orang yang zuhud itu berpuasa dari makan dan minum, sedangkan orang yang arif itu berpuasa tanpa diketahui.

Puasa orang zuhud itu siang hari, sedangkan puasa orang arif itu siang dan malam. Ia tidak berbuka dari puasanya sehingga ia bertemu Tuhannya.


Orang yang arif itu puasa tahunan, selalu demam. Puasa tahunan dengan hatinya, demam dengan rahsianya, dan ia tahu bahawa sembuhnya itu adalah dengan bertemu Tuhannya dan dekat kepada-Nya.”


3. Lelah itu selama kamu berkemahuan untuk menuju dan berjalan kepada-Nya. Apabila kamu telah sampai dan habis jarak perjalananmu dan kamu berada di dalam rumah dekat dengan Tuhanmu maka hilanglah beban itu.

Maka tetaplah terhibur dengan-Nya yg berada di dalam hatimu, dan kamu akan bertambah sehingga kamu mengambil sesuatu di samping-Nya. Mulanya kamu kecil kemudian menjadi besar. Apabila kamu sudah besar maka hati penuh dengan Allah, maka tidak ada jalan dan tidak ada sudut bagi hati untuk selain-Nya.

Jika kamu ingin sampai kepada ini, maka jadilah kamu mengikut perintah-Nya, mencegah segala larangan-Nya, berserah diri kepada-Nya dalam kebaikan dan keburukan, kaya dan fakir, mulia dan hina.”


4. ”Wahai anak! Apabila kamu tidak memiliki Islam maka kamu tidak memiliki iman. Dan bila kamu tidak memiliki iman maka kamu tidak memiliki keyakinan. Apabila kamu tidak memiliki keyakinan maka kamu tidak mempunyai makrifat dan pengetahuan-Nya. Ini adalah bertingkat-tingkat. Apabila Islam telah benar bagimu, maka penyerahan itu telah benar bagimu. Jadilah kamu orang yang berserah diri kepada Allah dalam seluruh keadaanmu disertai dengan memelihara batas-batas syarak dan menepati syarak itu.

Serahkan kepada-Nya akan hak jiwamu dan selainmu. Perbaikilah kesopanan terhadap-Nya dan makhluk-Nya. Janganlah kamu berbuat aniaya terhadap dirimu dan orang lain kerana perbuatan aniaya itu kegelapan di dunia dan di akhirat.”


5. “Janganlah kamu melihat amalmu, walaupun anggota-anggota badanmu bergerak untuk amal dan hatimu beserta Zat yang mana amal itu ditujukan kepada Allah. Apabila hal ini sempurna bagimu maka hatimu menjumpai mata yang dapat melihat. Makna menjadi bentuk, yang ghaib menjadi hadir, berita menjadi terang. Hamba apabila baik kerana Allah maka Dia bersamanya dalam semua keadaan. Dia mengubahnya, menggantikannya dan memindahkannya dari satu keadaan kepada keadaan yang lain.

Seluruhnya menjadi bererti, seluruhnya menjadi keimanan, keyakinan, pengetahuan, pendekatan dan kesaksian. Seluruhnya menjadi siang tanpa malam, sinar tanpa gelap, jernih tanpa keruh, hati tanpa nafas, rahsia tanpa kasar, fana tanpa wujud, ghaib tanpa hadir.

Seluruhnya menjadi kitab ghaib dari mereka dan dirinya. Seluruh ini pangkalnya adalah jinak kepada Allah sehingga kejinakan ini sempurna antara kamu dan Allah.”


6. “Ubahlah kerana-Nya sesuatu yang Dia benci dari nafsumu sehingga Dia memberimu apa yang kamu sukai. Jalan itu luas. Berdirilah dan teguhlah. Beramallah dan jangan lalai selama tali dengan dua hujungnya di tanganmu. Mohonlah pertolongan kepada-Nya atas sesuatu yang menjadikan kebaikanmu. Kenderailah nafsumu, jika tidak, ia akan mengenderai kamu. Nafsu itu tukang memerintahkan keburukan di dunia dan tukang mencela di akhirat.”


7. “Bersopanlah yang baik terhadap-Nya dan terhadap makhluk-Nya. Sedikitlah berbicara yang tidak berguna bagimu.”


8. ”Orang-orang yang meninggalkan amal dalam keadaan berilmu, ilmu itu akan melupakanmu dan berkahnya hilang dari hatimu. Wahai orang-orang yang bodoh! seandainya kamu mengetahui-Nya nescaya kamu mengetahui siksaan-siksaan-Nya.”


9. “Syirik itu ada pada lahir dan batin. Syirik lahir ialah menyembah berhala sedangkan syirik batin ialah berpegang kepada makhluk dan memandang mereka dapat memberi kemudaratan dan manfaat.”


10. “Wahai anak! Janganlah kamu menuntut sesuatu kepada seseorang. Dan jika kamu mampu untuk memberi dan tidak mengambil maka lakukanlah. Kamu melayani dan kamu tidak minta dilayani oleh orang lain maka lakukanlah.”


11. Suatu kaum itu disibukkan untuk memberi kepada makhluk. Mereka mengambil dan memberi. Mengambil dari kurnia dan rahmat Allah dan memberikan kepada fakir dan miskin yang ditimpa kesempitan.


Mereka tunaikan hutang orang yang berhutang yang tiada kuasa untuk melunaskannya.

Mereka adalah raja-raja, bukan raja-raja dunia kerana raja-raja dunia itu mengambil dan tidak memberi, sedangkan kaum itu mengutamakan orang lain dan menunggu-nunggu orang yang tidak hadir.


Mereka mengambil dari tangan Allah bukan tangan makhluk. Usaha anggota badan mereka untuk makhluk, sedangkan usaha hati mereka untuk mereka sendiri. Mereka berinfak (memberikan harta) itu kerana Allah bukan kerana hawa nafsu, bukan kerana pujian dan sanjungan.


Tinggalkan kaum yang sombong terhadap Allah dan terhadap makhluk, kerana sombong itu termasuk sifat orang-orang pemaksa yang mana mereka dibenamkan ke dalam neraka jahanam. Apabila kamu marah kepada Allah maka kamu sombong kepada-Nya.


12. “Jadikanlah akhiratmu itu sebagai modalmu, dan jadikan dunia itu sebagai keuntunganmu. Gunakanlah seluruh waktumu untuk menghasilkan akhiratmu. Lalu apabila dari waktumu itu ada sedikit yang tersisa, maka gunakanlah untuk berusaha dalam urusan duniamu dan mencari penghidupanmu.


13. “Nasihatilah dirimu terlebih dahulu barulah kemudian menasihati orang lain. Kamu harus lebih memperhatikan nasib dirimu. Janganlah kamu menoleh pada orang lain sedangkan dalam dirimu masih ada sesuatu yang harus diperbaiki.”


14. “ Janganlah kamu takut kepada makhluk dan janganlah kamu berharap kepada mereka, kerana hal itu menunjukkan betapa lemahnya imanmu. Hendaklah engkau istiqamah dalam cita-citamu, sehingga engkau memperolehi ketinggian, kerana Allah SWT akan memberimu sesuatu yang layak dengan cita-citamu, dengan kebenaran dan keikhlasanmu. Bersungguh-sungguhlah engkau, songsong dan kejarlah, kerana sesuatu itu tidak akan datang kepadamu begitu sahaja, tanpa berusaha memperolehinya, sedangkan engkau mempunyai kewajiban untuk melakukan amal kebaikan sebagaimana engkau diwajibkan untuk mencari rezeki.”


15. “Selama hidup di dunia ini, yang terbaik adalah menyelamatkan hati dari buruk sangka. ”


16. “Orang itu dikatakan dekat dengan Allah selama dia meluangkan waktunya untuk berdzikir setiap hari.”


17. “Bantulah orang fakir dengan sebahagian harta kalian. Jangan pernah menolak pengemis, padahal kalian mampu memberikan sesuatu untuknya baik sedikit mahupun banyak. Raihlah kasih sayang Allah dengan pemberian kalian. Bersyukurlah kepada Allah yang telah membuat kalian mampu memberi. Jika pengemis adalah hadiah dari Allah, sementara kalian mampu memberinya, mengapa kalian menolak hadiah itu?! Bohong kalau kalian mendengar nasihat dan menangis di hadapanku, tapi saat orang datang meminta uluran tangan, kalian malah membiarkannya. Itu menunjukkan bahawa tangisan kalian belum kerana Allah.”


18. “Apabila kebenaran keimananmu telah terbukti dan kamu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak dan perbuatan Allah, dan dengan idzin Allah juga, maka hendaklah kamu tetap bersabar dan redha serta patuh kepadaNya. Janganlah kamu melakukan apa saja yang dilarang oleh Allah. Apabila perintah-Nya telah datang, maka dengarkanlah, perhatikanlah, bersegeralah melakukannya, senantiasalah kamu bergerak dan jangan bersikap pasif terhadap takdir dan perbuatan-Nya, tetapi pergunakanlah seluruh daya dan upayamu untuk melaksanakan perintah-Nya itu.


19. “Hendaklah kamu berserah diri dan bertawakal sepenuhnya kepada Allah di dalam segala hal, agar Dia memanifestasikan kerja-Nya melaluimu. Jika kebaikan yang didapati, maka bersyukurlah. Dan jika bencana yang menimpamu, bersabarlah dan kembalilah kepada Dia. Kemudian rasakan keuntungan yang didapati dari apa yang kamu anggap sebagai bencana itu, lalu tenggelamlah di dalam Dia melalui perkara itu sejauh kemampuan yang kamu miliki dengan cara keadaan rohani yang telah diberikan kepadamu. Dengan cara inilah kamu dinaikan dari satu peringkat ke peringkat lainnya yang lebih tinggi dalam perjalan menuju Allah, supaya kamu dapat mencapai Dia.

Kemudian kamu akan disampaikan kepada satu kedudukan yang telah dicapai oleh orang-orang shiddiq, para syuhada dan orang-orang saleh sebelummu. Dengan demikian kamu akan dekat dengan Allah, agar kamu dapat melihat kedudukan orang-orang sebelummu dalam menuju Raja Yang Maha Agung itu. Di sisi Tuhan Allah-lah kamu mendapatkan kesentosaan, keselamatan dan keuntungan.

Biarlah bencana itu menimpamu dan jangan sekali-kali kamu mencoba menhindarkannya dengan doa dan shalatmu, dan jangan pula kamu merasa tidak senang dengan kedatangan bencana itu, karena panas api bencana itu tidak sehebat dan sepanas api neraka.

Sebenarnya, bencana yang datang kepadamu itu bukannya akan menghancurkanmu, melainkan sebenarnya adalah akan mengujimu, mengesahkan kesempurnaan imanmu, menguatkan dasar kepercayaanmu dan memberikan kabar baik ke dalam batinmu. Allah berfirman:


“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” (QS 47:31).”


20. “Janganlah bersusah payah untuk mendapatkan keuntungan dan jangan pula mencuba menghindarkan diri dari malapetaka. Keuntungan itu akan datang kepadamu jika memang sudah ditentukan oleh Allah untukmu, baik sengaja mencarinya maupun tidak. Malapetaka itu pun akan datang menimpamu, jika memang telah ditetapkan oleh Allah untukmu, baik kamu membencinya, maupun mencuba menghindarkannya dengan doa dan solat atau menghadapinya dengan penuh kesabaran, kerana hendak mencari keredhaan Allah.”


21. “Taubatlah engkau dari riak dan nifaq. Janganlah malu mengakui hal itu atas dirimu. Yang kuat di antara manusia mulia adalah mereka yang semula munafik. Oleh yang demikian, berkatalah sebahagian ulama, “Tidak ada yang mengetahui hakikat ikhlas kecuali murai (orang riak)”. Yang paling beruntung ialah mereka yang ikhlas mulai dari awal hingga akhirnya.”


22. “Fikirlah bahawa di dunia ini, suatu yang kamu cintai tidak akan kekal selamanya. Tidak abadi, pasti fana. Jika hal ini telah benar-benar kamu sedari, tentu kamu tidak akan melupakanNya walau sekejap pun. Namun, kebanyakan tidak ada manusia yang mengingatkan hal itu. Barang siapa telah merasakan, bererti telah mengetahuinya. Manusia yang demikian adalah termasuk salah satu dari mereka yang tidak tahan tinggal bersama makhluk..”


23. “Malulah kamu kepada Allah s.w.t. Lihatlah dengan mata hatimu. Rendahkan dirimu dihadapanNya. Letakkan dirimu di bawah lintasan kekuasaanNya. Bimbinglah jiwamu untuk sentiasa mensyukuri nikmat-nikmatNya. Raihlah sinar keterangan dengan mengharungi segala cubaan dan rintangan. Jika semuanya telah benar-benar ada pada dirimu, maka karamah, keluhuran dan syurga Allah akan kamu dapati, baik di dunia maupun di akhirat..”


24. “Ketahuilah, ‘naqal’ tidak dapat dihasilkan oleh ‘akal’. ‘Nash’ tidak dapat meninggalkan ‘qias’. Sesuatu yang sudah jelas, tidak perlu penjelasan lagi. Apalagi halnya berdasarkan prasangka atau pengakuan. Harta benda orang lain tidak boleh diambil hanya dengan pengakuan, tanpa dikuatkan oleh saksi.


Sabda Rasulullah s.a.w. yang bermaksud,


“Seandainya manusia itu diterima dakwaannya, nescaya satu kaum mengaku memiliki hubungan darah dengan kaum lainnya, dan juga mengakui harta bendanya. Namun, kesaksian itu diwajibkan atas mudd’i dan sumpah atas orang yang engkar”. Mulut yang terampil tidak ada gunanya jika hatinya bodoh. dan sabdanya lagi,


“Yang paling aku khuatirkan atas umatku ialah manusia hipokrit (munafik) yang pandai berkata-kata”..”


25. “Kenalilah Allah s.w.t., janganlah rasa bodoh terhadapNya. Taatlah kepadaNya, jangan mendurhakaiNya. Redhalah atas kententuan takdirNya, jangan kau ingkari. Kenalilah Al-Haq Azza Wajalla melalui ciptaanNya. Dialah (Allah) Maha Pencipta, Pemberi Rezeki, Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Lahir dan Yang Batin, Yang Qadim, Yang Abadi dan Yang Bebas Berbuat Sesuai Dengan KehendakNya..”


26. “Orang mukmin mengawal dirinya dengan membangun batinnya. Kemudian bari membangun lahirnya. Sebagaimana orang yang membangun rumah, membelanjakan sejumlah wangnya untuk mengisi rumahnya itu sebelum pintunya terbuat rapi.”


27. Wahai mereka2 yang jahil! Pada mulanya engkau haruslah bergaul dengan para syeikh. Membinasakan nafsu, kesenangan dan segala sesuatu selain Allah Azza Wajalla. Engkau harus selalu menghadap pintu rumahnya, yakni para syeikh. Baru setelah itu, pisahkan dirimu dengan mereka. Bersilalah di persadamu sendirian, hanya bersama Allah Azza Wajalla. Jika semuanya itu telah engkau capai, nescaya engkau akan jadi ‘ubat’ bagi makhluk. Menjadi ‘petunjuk’ yang menuntut mereka, atas lain Allah Azza Wajalla.”


28. “Aku mengajak kamu menghadap ke hadirat Allah Azza Wajalla. AKu mengajak kamu ke ambang pintuNya dan untuk taat kepadaNya, bukan kepada dirimu. Orang munafik tidak mungkin mengajak makhluk ke hadapan Tuhan, melainkan mengajak menghadap kepada diri mereka. Mereka mencari penghormatan dan pengakuan serta tamak kepada hal-hal duniawi..”


29. “Tukarkanlah pakaian ‘syahwat’, sombong, ujub, nifak, suka dipuji makhluk, senang disanjung dan senang kepada pemberian segala daya dan kekuatan serta semangat untuk menukarkannya. Letakkanlah dirimu di hadapan Allah Azza Wajalla dengan tiada daya, kekuatan dan tidak bersama apa-apa, juga dengan tanpa syirik dengan makhluk.


Jika semuanya itu sudah kamu penuhi, tentu kamu akan temui ‘kasih sayang’ Allah s.w.t. selalu melimpah kepadamu..”


30. “Para badal (al-abdal) itu adalah ‘khowas al-khowas’ yang memberikan fatwa syarak. Kemudian memandang urusan Allah Azza Wajalla, perbuatan, kehendak dan ilhamNya. Hal2 yang di luar itu adalah benar2 binasa dalam kebinasaan. Para al-abdal sentiasa membantu kamu. Apa yang kamu lakukan. Apakah kamu teguh atau sebaliknya. Kamu benar ataukah bohong,


Barangsiapa yang tidak menyetujui ‘kadar’ (kententuan Allah s.w.t.) maka ia tidak akan dikasihi dan tidak pula diakui. Siapa tidak rela dengan keputusan Allah s.w.t. maka ia tidak diredhainya. Siapa tidak memberi, maka tidak akan diberi, siapa tidak mahu berkunjung, maka ia tidak dikurnia kenderaan.


Firman Allah s.w.t. yang bermaksud,


” Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah……”

(Q.S. al-Hasy: 7).”


31. “Orang yang beriman selalu menyembunyikan apa yang ada padanya. Jika lisannya terlanjur mengucapkan sesuatu, maka ia segera memperbaiki ungkapan yang diucapkan itu. Berusahalah menutupi apa yang telah lahir, dan mohon kemaafan.”


32. “Janganlah kamu menghendaki kelebihan dan kekurangan. Janganlah mencari kemajuan dan kemunduran. Sebab ketentuan telah menetapkan bahagian masing2. Setiap orang di antara kamu, tidak diwujudkan melainkan telah ditentukan catatan mengenai pengalaman hidupnya secara khusus.”


33. Jika dunia dan akhirat datang melayanmu, dengan tanpa susah payah, ketuklah pintu tuhanmu dan menetaplah di dalamnya. Bila kamu telah menetap di dalamnya, akan jelaslah bagimu seperti “buah fikiran”..”


34. “Janganlah engkau menuntut imbuhan atas amal perbuatanmu, baik keduniaan maupun keakhiratan. Janganlah kamu mencari nikmat, carilah Zat yang memberimu nikmat. Carilah tetangga sebelum mendapatkan rumah. Dialah Zat yang mewujudkan segala sesuatu, Zat yang mengaturkannya dan yang wujud sesudah segala sesuatu.


Saudaraku, Janganlah kamu termasuk golongan orang2 yang apabila diberi nasihat, tidak mahu menerima, dan jika mendengar nasihat tidak mahu mengamalkannya. Ketahuilah, bahawa agamamu akan hilang disebabkan empat perkara:


1. Kamu tidak mengamalkan apa yang telah kamu ketahui.

2. Kamu mengamalkan apa yang tidak kamu ketahui.

3. Kamu tidak mahu berusaha mengetahui apa yang tidak kamu ketahui, sehingga tetap bodoh.

4. Kamu melarang manusia untuk berusaha mengetahui apa yang mereka tidak mengetahuinya..”


34. “Kepada mereka yang fasik, takutlah kepada orang yang beriman. Jangan bergaul dengan dengan dia, selagi kamu masih bergelumang dengan kemaksiatan yang keji. Sebab, orang2 mukmin, dengan cahaya Illahi, mengetahui apa yang ada dalam dirimu. Mereka mengetahui syirik dan munafikmu dengan melihat tindakan dan gejolak yang ada di balik dirimu. Mereka melihat cela dan aibmu. Barangsiapa tidak mengetahui tempat keberuntungan, lalu dia jelas tidak akan beruntung. Jika demikian, bererti berubah akalmu, dan teman-temanmu pun berubah akal pula.


Sabda Nabi Muhammad s.a.w. yang bermaksud,


“Takutlah kamu dengan firasat seorang mikmin. Sebab ia memandang sesuatu dengan cahaya Illahi.”


35. “Para kekasih Allah (auliya) terhadap makhluk adalah buta, tuli dan bisu. Jika hati mereka telah dekat kepada Allah Azza Wajalla, maka mereka tidak mendengar dan melihat selain-Nya. Mereka berada pada kedudukan antara Al-Jalal dan Al-Jamal, tidak berpaling ke kanan ataupun kiri. Bagi mereka tidak ada belakang, yang ada hanyalah depan. Manusia, jin, malaikat dan makhluk yang lain melayani mereka.


Demikian pula hukum dan ilmu. Kurnia (fadhal) merupakan santapan dan penyegarnya. Mereka makan dari fadhal-Nya dan minum susu-Nya. Mereka minum, mereka merasa bising terhadap suara-suara manusia, tetapi mereka tinggal bersama-samanya (makhluk). Mereka menyuruh makhluk melaksanakan perintah Allah SWT, mencegah makhluk dari mengerjakan larangan-larangan-Nya, sebagai penerus ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Merekalah pewaris yang sebenarnya.


Para kekasih Allah itu tidak pernah bertindak dan bersikap demi diri dan nafsunya sendiri. Mereka mencintai sesuatu kerana Allah Azza Wajalla dan membenci sesuatu juga keranaNya. Semuanya demi Dia, tidak ada bahagian yang diberikan kepada selainNya.

Firman Allah s.w.t. yang bermaksud,


“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah para ulama”. (Q.S. Fathir :28).”


36. Terimalah nasib dengan zuhud, tidak dengan kebencian. Orang yang makan sambil menangis tidak sama dengan orang yang makan sambil ketawa, dalam menerima segala ketentuanNya. Sentiasalah hatimu dengan Allah Azza Wajalla. Berserah dirilah atas keburukan nasib. Kamu makan sesuatu yang diberikan oleh tabib dan sesuai dengan ubatnya adalah lebih baik daripada makan sesuatu yang kamu sendiri tidak mengetahui asal usulnya. Selama hatimu keras terhadap amanat, maka hilanglah rahmat darimu, dan hilanglah pula segala yang ada padamu. Hukum2 syariat itu amanat yang dibebankan kepadamu, sedangkan kamu meninggalkan dan mengkhianatinya. Tidak guna lagi jika amanat telah lenyap dari hatimu.”


37. “Andaikata tanpa kurnia Allah Azza Wajalla, mana mungkin orang berakal mentadbir negara, bergaul dengan para penghuninya, yang telah dilanda sifat riak, nifak, zalim bergelumang syubahat dan haram. Benar telah tersebar kekufuran, Ya Allah. Kami mohon pertolongan kepadaMu dari kefasikan kelancangan. Telah banyak kelemahan melanda para zindik. Sungguh telah ku bongkar rahsia rumah kamu. Tetapi aku mempunyai dasar yang memerlukan pembina. Aku mempunyai anak-anak yang memerlukan pendidikan. SEANDAINYA KU UNGKAP SEBAHAGIAN RAHSIAKU, tentu hal ini merupakan pangkal perselisihan antara aku dengan kamu..”


38. “Nasihatlah dirimu terlebih dahulu, kemudian baru orang lain. Anda harus memelihara nafsumu. Jangan kamu mengira kesalahan orang lain sebab, dirimu masih memerlukan pembaikan. Adakah anda tahu bagaimana membersihkan orang lain? Bagaimana menonton orang lain? Padahal yang dapat memimpin manusia adalah orang2 yang awas. Hanya peranan ulung yang dapat menyelamatkan orang lain yang tenggelam dalam lautan. Hanya orang yang mengetahui Allah yang dapat mengarahkan umat manusia ke arah jalan-Nya. Tidaklah cakapan yang diperlukan untuk berbakti kepada Allah s.w.t. melainkan perbuatan nyata.”


39. “Nafsu seseorang selalu menentang dan membangkang. Maka barangsiapa ingin menjadikannya baik, hendaklah ia bermujahadah, berjuang melawannya, sehingga terselamat dari kejahatannya. Hawa nafsu semuanya adalah keburukan dalam keburukan, namun apabila telah terlatih dan menjadi tenang, berubahlah ia

menjadi kebaikan di dalam kebaikan.”


40. “Di antara ciri orang yang arif billah Azza Wajalla adalah ia selalu sabar menerima berbagai malapetaka dan rela terhadap semua qadha dan ketentuan-ketentuan takdir-Nya dalam segala ehwalnya, baik berkenaan dengan peribadinya, ahlinya dan semua makhluk sesamanya.”


41. “Kuasailah nafsumu! Kalau tidak, maka ia yang akan menguasaimu. Nafsu selalu mengajak kejahatan dalam soal dunia dan akhirat. Jauhilah orang-orang yang menjauhkan kamu dari Allah Azza Wajalla, seperti kamu menjauhi binatang buas. Berbuatlah sesuatu untuk Allah Azza Wajalla! Sesungguhnya orang yang berbuat sesuatu untuk Allah Azza Wajalla itu akan beruntung. Barang siapa yang mencintai Allah Azza Wajalla, maka Dia akan mencintainya. Dan barang siapa yang menghendaki Allah Azza Wajalla, maka Dia akan menghendakinya. Dan barang siapa yang mengenali Allah Azza Wajalla bererti ia telah mengenal dirinya sendiri.”


42. “Jika kamu terpaksa memerlukan sesuatu, mintalah kepada Allah Azza Wajalla, jangan kepada makhluk. Sesungguhnya yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yang meminta dunia kepada sesama makhluk-Nya. Mintalah pertolongan kepada-Nya. Dia Maha Kaya, sedangkan semua makhluk adalah fakir. Mereka tidak dapat memberikan bahaya atau manfaat bagi dirinya sendiri, apa lagi bagi orang lain. Sesungguhnya pada permulaan, Dia menghendaki agar kamu menjadi orang yang mencari kepada-Nya. Sedangkan nanti pada akhirnya kamu menjadi yang dikehendaki oleh-Nya. Seorang budak yang masih kecil akan mencari ibunya, tapi kalau sudah besar, justeru ibu yang akan mencarinya. Carilah kasih sayang-Nya.

Jika Dia mengetahui kesungguhanmu mencari-Nya, maka Dia akan menghendakimu. Jika Dia mengetahui kesungguhan cintamu kepada-Nya, maka Dia akan Mengasihimu, menunjukkan hatimu dan mendekatkanmu kepada-Nya.”


43. Hendaklah engkau selalu ingat kepada Allah Azza Wajalla dan mengadakan hubungan bathin dengan-Nya, sebab Allah Azza Wajalla adalah Zat yang memenuhi keperluanmu di dunia dan di akhirat, memeliharamu di waktu hidup dan matimu. Dia juga yang menghindarimu dari segala macam bencana. Hendaklah engkau sentiasa berpegang kepada kalam yang jelas kebenarannya, sejelas coretan tinta hitam ke atas lembaran putih, mengabdilah kepadanya sehingga ia mengabdimu, dan ia memimpin tangan qalbumu dan membawanya ke hadrat Tuhanmu Allah Azza Wajalla. Mengamalkan isinya menyebabkan hatimu memiliki dua sayap yang dapat kau buat terbang untuk menghadap kepada Tuhanmu Allah Azza Wajalla.”


44. “Dekatilah ulama yang muttaqqin, sebab bergaul dengan mereka dapat mendatangkan barakah. Janganlah kamu dekati ulama yang tidak mengamalkan ilmunya, sebab bergaul dengan mereka dapat menimbulkan ‘aib. Bila kamu berhubungan erat dengan orang yang lebih taqwa dan lebih banyak ilmunya daripadamu, maka kamu akan mendapat barakah daripadanya. Bila kau bergaul dengan orang yang lebih tua umurnya daripada umurmu, tapi ia tidak bertaqwa kepada Allah Azza Wajalla, maka pergaulanmu itu akan menimbulkan aib. Beramallah kerana Allah Azza Wajalla, jangan beramal kerana selain-Nya. Beramal kerana selain-Nya adalah syirik.”


45. “Kembalilah kau kepada Allah Azza Wajalla dengan memperbaharui Islam, memperbaiki taubat dan ikhlasmu, sebelum datangnya maut sebab bila maut telah datang, pintu taubat akan tertutup sehingga kau tidak dapat masuk ke dalamnya. Kembalilah kepada-Nya dengan melangkah kaki qalbumu agar pintu anugerah-Nya tidak dikunci untukmu, kerana bila sudah terkunci jiwamu, kekuatan, kekayaan dan hartamu tidak akan diberkati-Nya.”

Post a Comment for "Kata Mutiara Syeh Abdul Qodir Al Jailani"