Menjelang Peringatan 1 Abad Lahirnya NU 16 Rajab 1344-1444
www.operatormadrasahhebat.my.id_Menjelang Peringatan 1 Abad Lahirnya NU,
dikutipdari Web Resminya NU, menyampaikan Representasi Ahlussunnah wal Jamaah Sebenarnya”. Kita diperintahkan untuk selalu mengikuti jalan yang telah digariskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan menetapi hal-hal yang telah disepakati oleh kaum muslimin. Allah ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:
وَمَن يُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ ٱلْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ ٱلْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِۦ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِۦ جَهَنَّمَ ۖ وَسَآءَتْ مَصِيرًا (النساء: 115)
Artinya: “Dan barangsiapa yang menentang Rasulullah sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin (ajaran yang disepakati oleh kaum muslimin), Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS An-Nisa’: 115). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
عَلَيْكُمْ بِالْجمَاعَةِ وَإِيَّاكُمْ وَالْفُرْقَةَ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ وَهُوَ مِنَ الْاِثْنَيْنِ أَبْعَدُ، فَمَنْ أَرَادَ بُـحْبُوْحَةَ الْجنَّةِ فَلْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ (رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَغَيْرُهُ)
Artinya, “Tetaplah kalian bergabung dengan Al-Jama’ah (mayoritas umat) dan jangan memisahkan diri, karena setan akan mudah mengganggu orang yang sendirian dan akan menjauh dari dua orang, maka barangsiapa menghendaki tempat lapang di surga, hendaklah bergabung dengan Al-Jama’ah”. (HR At-Tirmidzi dan lainnya).
Dalam riwayat lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
وَإِنَّ هٰذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً، ثِنْتَانِ وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَهِيَ الْجَمَاعَةُ (رَوَاهُ أَبُوْ دَاوٗدَ) Artinya, “Dan umat ini akan terpecah belah menjadi 73 golongan, 72 dua golongan akan masuk neraka dan satu golongan akan berada di surga yaitu Al-Jama’ah (mayoritas umat).” (HR Abu Dawud). Al-Jama’ah yang dimaksud adalah As-Sawadul A’zham, yakni mayoritas umat Muhammad sebagaimana disebutkan dalam salah satu riwayat hadits ini:
كُلُّهُمْ في النَّارِ إلَّا السَّوَادَ الأعظَمَ (رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ وَغَيْرُهُ)
Artinya: “… Semua golongan akan berada di neraka kecuali jumlah terbanyak di tengah-tengah ummat Muhammad.” (HR Al-Baihaqi dan lainnya)
Twibbonez https://twb.nz/harlahnu1abad1344-1444
Hadirin sidang jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah, Dalam hadits tersebut, Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan bahwa akan muncul perbedaan di tengah-tengah umat Muhammad. Umat Muhammad akan terpecah belah menjadi beberapa golongan. Seluruhnya akan berada di neraka kecuali satu golongan. Nabi juga telah menjelaskan kepada kita bagaimana cara mengenali satu golongan yang selamat ini. Ciri khasnya adalah selalu menjadi kelompok mayoritas di kalangan umat Nabi Muhammad.
Mayoritas umat Muhammad dari zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hingga masa kita sekarang ini berada dalam petunjuk dan kebenaran dalam prinsip-prinsip keyakinan, meskipun terjadi perbedaan pendapat dalam berbagai masalah furu’ (fiqih).
Mayoritas umat Muhammad seluruhnya bersatu dan sama dalam hal menauhidkan Allah, menyucikan Allah dari segala keserupaan dengan makhluk dan menyucikan Allah dari benda, arah, ukuran dan tempat. Mayoritas umat Muhammad meyakini bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu, meyakini bahwa perbuatan-perbuatan hamba terjadi dengan penciptaan Allah, bukan dengan penciptaan para hamba. Mayoritas umat Muhammad meyakini bahwa tidak ada sesuatu pun yang ada setelah tiada kecuali dengan kehendak Allah, ilmu dan qudrahNya, dan bahwa tidak mungkin terjadi sesuatu yang tidak Allah kehendaki terjadi. Mayoritas umat Muhammad meyakini bahwa kebaikan dan keburukan, keduanya terjadi dengan kehendak Allah dan takdir-Nya. Mayoritas umat Muhammad meyakini bahwa Allah mengutus para Nabi untuk memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan memberikan peringatan kepada orang-orang yang tidak beriman, dan bahwa nabi pertama adalah Adam dan nabi terakhir adalah Nabi Muhammad, pemimpin para rasul dan penghulu manusia seluruhnya. Allah memilih para nabi dan menganugerahkan kepada mereka kemaksuman dari kekufuran, dosa-dosa besar, dosa-dosa kecil yang menunjukkan rendahnya jiwa pelakunya dan dari seluruh kehinaan serta penyakit-penyakit yang menjijikkan. Mayoritas umat Muhammad mengimani bahwa surga dan neraka sekarang sudah ada dan akan kekal selamanya tanpa penghabisan. Mayoritas umat Muhammad mengakui adanya kebangkitan, dikumpulkannya para hamba di padang mahsyar, adanya hisab (perhitungan amal), adanya siksa dan segala hal yang tsabit dan dipastikan sebagai bagian dari syari’at.
Tidak ada yang menyimpang dari keyakinan-keyakinan yang benar tersebut, kecuali sekelompok orang dari golongan yang menyempal. Mereka ini sedikit sekali jumlahnya, jika dibandingkan dengan mayoritas umat. Di antaranya adalah golongan Mujassimah yang menyifati Allah dengan sifat-sifat benda dan menisbatkan kepada Allah ukuran, tempat, anggota-anggota badan, sifat bergerak, berpindah, berubah, infi’al (reaksi dan emosi), naik, turun dan sifat-sifat makhluk lainnya. Dengan ini, mereka telah keluar dari lingkaran tauhid. Di antara golongan yang menyempal juga adalah golongan Murji’ah dan Qadariyah yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang mereka:
صِنْفَانِ مِنْ أُمَّتِي لَيْسَ لَهُمَا فِي الإسْلَامِ نَصِيْبٌ المُرْجِئَةُ وَالْقَدَرِيَّةُ (رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ)
Artinya, “Ada dua macam umatku yang tidak memiliki bagian dari Islam sama sekali, yaitu golongan Murji’ah dan Qadariyah.” (HR At-Tirmidzi). Murji’ah memiliki keyakinan yang bertentangan dengan akidah Islam. Menurut mereka, sebanyak apapun seorang mukmin melakukan perbuatan-perbuatan dosa, maka ia tidak akan disiksa di akhirat. Sedangkan tentang golongan Qadariyah, Baginda Nabi bersabda:
لِكُلِّ أُمَّةٍ مَجُوْسٌ وَمَجُوْسُ هٰذِهِ الْأُمَّةِ الّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ لَا قَدَرَ، مَنْ مَاتَ مِنْهُمْ فَلَا تَشْهَدُوْا جَنَازَتَهُ وَمَنْ مَرِضَ مِنْهُمْ فَلَا تَعُوْدُوْهُمْ َوُهُمْ شِيْعَةُ الدَّجَّالِ وَحَقٌّ عَلَى اللهِ أَنْ يُلْحِقَهُمْ بِالدَّجَّالِ (رَوَاهُ أَبُوْ دَاوٗدَ) Artinya, “Setiap umat memiliki Majusi di tengah-tengah mereka, dan Majusi umat ini adalah mereka yang mengatakan tidak ada qadar. Jika salah seorang dari mereka meninggal jangan hadiri jenazahnya, orang yang sakit dari mereka jangan kalian jenguk, mereka adalah para pembantu Dajjal dan benar Allah akan menggabungkan mereka dengan Dajjal.” (HR. Abu Dawud).
Jadi, golongan Qadariyah adalah mereka yang tidak beriman dengan qadar, yakni mengingkari takdir Allah terhadap sebagian perkara. Padahal para ulama telah menegaskan bahwa orang yang mengatakan tentang satu perkara saja bahwa itu terjadi tanpa kehendak Allah, maka ia telah keluar dari Islam. Di antara golongan yang menyempal dari mayoritas kaum muslimin adalah golongan Khawarij yang mengafirkan pelaku dosa besar. Bahkan di antara mereka, ada yang mengafirkan seorang penguasa jika memberlakukan hukum selain syari’at Allah meskipun ia tidak menghalalkan hal itu, meskipun dalam satu permasalahan. Bahkan mereka juga mengafirkan rakyatnya, baik yang setuju dengan para penguasa atau tidak, kecuali orang-orang yang memberontak kepada para penguasa dan memerangi mereka. Berdasarkan pandangan ini mereka menghalalkan darah kaum muslimin dan harta-harta mereka. Dan dengan sebab mereka ini, muncullah berbagai macam fitnah dan kehancuran dalam rentang sejarah umat Muhammad. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Pada abad ketiga Hijriah, golongan-golongan yang menyempal semakin banyak. Maka di akhir abad ketiga tersebut, Allah ta’ala membangkitkan dua orang ulama besar. Yaitu Imam Abul Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Manshur Al-Maturidi. Kedua ulama besar ini dan murid-murid keduanya kemudian membantah golongan-golongan yang menyempal dan menjelaskan kembali akidah yang benar dengan dalil-dalil yang kuat, sehingga aliran-aliran sempalan itu menyusut dan terkalahkan. Karena inilah, Ahlussunnah kemudian dinisbatkan kepada keduanya, sehingga Ahlussunnah wal Jamaah kemudian dikenal dengan nama Asy’ariyah dan Maturidiyah. Fakta sejarah pun membuktikan kebenaran Asy’ariyah dan Maturidiyah. Karena siapapun yang jeli dalam melihat barisan para ulama umat Muhammad di berbagai disiplin ilmu keislaman mulai dari masa dua imam besar tersebut hingga sekarang, akan mendapati bahwa mereka adalah para pengikut Al-Asy’ari atau Al-Maturidi. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Mengenai kebenaran akidah Asy’ariyah yang merupakan Ahlussunnah wal Jama’ah, Allah ta’ala berfirman:
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَن دِينِهِۦ فَسَوْفَ يَأْتِى ٱللَّهُ بِقَوْمٍۢ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُۥٓ أَذِلَّةٍ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى ٱلْكَـٰفِرِينَ يُجَـٰهِدُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَآئِمٍۢ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ ٱللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَآءُ ۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ (المائدة: 54)
Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha mengetahui.” (QS Al-Ma’idah: 54). Al-Hakim dalam Al-Mustadrak dan lainnya meriwayatkan bahwa ketika turun ayat tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menunjuk sahabat Abu Musa Al-Asy’ari sambil bersabda:
هُمْ قَوْمُكَ يَا أبَا مُوْسَى (رَوَاهُ الْحَاكِـمُ وَغَيْرُهُ)
Artinya: “Mereka adalah kaummu, wahai Abu Musa al-Asy’ari.” (HR Al-Hakim dan lainnya) Imam Al-Qusyairi berkata:
أَتْبَاعُ أَبِي الحَسَنِ الأَشْعَرِيِّ مِنْ قَوْمِهِ
Artinya, “Para pengikut Abul Hasan Al-Asy’ari termasuk bagian dari kaumnya sahabat Abu Musa Al-Asy’ari.”
Sedangkan kabar gembira mengenai kebenaran akidah Maturidiyah terdapat dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dan Al-Hakim dengan sanad shahih bahwa Nabi bersabda:
لَتُفْتَحَنَّ القُسْطَنْطِينيَّةُ ولَنِعْمَ الْأمِيْرُ أَمِيْرُهَا وَلَنِعْمَ الْجَيْشُ ذٰلِكَ الْجَيْشُ (رواه أحمد والحاكم)
Artinya, “Sungguh Konstantinopel akan ditaklukkan, maka (di antara) sebaik-baik pemimpin adalah penakluk Konstantinopel dan (di antara) sebaik-baik pasukan adalah pasukannya.” (HR Ahmad dan Al-Hakim). Sejarah mencatat bahwa Konstantinopel ditaklukkan oleh kaum muslimin 800 tahun sepeninggal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kota yang saat ini bernama Istambul yang berada di negara Turki itu ditaklukkan oleh seorang sultan yang mujahid, yaitu Sultan Muhammad Al-Fatih yang sudah maklum bahwa beliau berakidah Maturidiyah. Akankah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memuji orang yang menyalahinya dalam akidah? Akankah Nabi memuji orang yang menyalahi jalan yang telah digariskannya dan kebenaran yang telah dibawanya?. Sungguh, hal ini tidak mungkin terjadi. Dalil-dalil di atas menunjukkan bahwa Asy’ariyah dan Maturidiyah berada dalam kebenaran. Menjadi bukti pula atas hal itu, bahwa ratusan juta kaum muslimin di berbagai penjuru dunia mengikuti akidah dua imam besar tersebut yang merupakan akidah yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dari paparan di atas, menjadi jelas bahwa NU adalah salah satu kelompok yang benar karena secara akidah, NU mengikuti mazhab Asy’ari dan Maturidi sebagaimana jalan yang ditempuh oleh mayoritas umat dari masa ke masa. Dalam Bab II, Pasal 5 Anggaran Dasar NU ditegaskan,
Nahdlatul Ulama beraqidah Islam menurut faham Ahlus Sunnah wal Jama’ah, dalam bidang aqidah mengikuti madzhab Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Manshur Al-Maturidi, dalam bidang fiqh mengikuti salah satu dari 4 (empat) madzhab yaitu
- Imam Hanafi,
- Imam Maliki,
- Imam Syafi’i, dan
- Imam Hanbali,
Join Telegram https://t.me/opm_madrasah
Post a Comment for "Menjelang Peringatan 1 Abad Lahirnya NU 16 Rajab 1344-1444 "